Kamis, 04 Januari 2018

AGAMA BUKANLAH DILEMA, AGAMA ADALAH KETENANGAN


Agama dan sosial
Kehidupan ini merupakan suatu keniscayaan bagi manusia yang harus disyukuri dan dinikmati, karena kehidupan ini hanyalah bersifat sementara dan tidak akan selamanya kehidupan ini menyertai kita. Kita hidup di muka bumi ini sebatas perkenalan saja, bak wisatawan yang hanya berkunjung dan melihat meninkmati keindahan dan kesejukan keadaan, setelah kita sampai pada masa pulang, sekalipun kita belum merasa puas, belum sepenuhnya kita lalui semua, maka sudah pasti waktu tidak dapat kita putar, jalan menuju pulang sudah membentang di depan mata. Rasa ketidak puasan manusia terus mengalir dalam pikiran mereka, keinginan untuk kembali dari awal perjalanan sangat didambakan hingga mereka dapat menggunakan waktu dengan baik tanpa lalai. Tanpa agama yang baik manusia tidak dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, dan dengan agama yang baik, maka manusia dapat menjalani kehidupan ini dengan lebih waspada dan hati-hati demi mencapai kesempurnaan hidup yang hakiki.
Akhir-akhir ini kita dihadapkan dengan masalah-maslah kepemerintahan, masalah-masalah politik, masalah-masalah sosial yang kemudian dikaitkan dengan agama. Agama dijadikan kambing hitam suatu permasalahan sehingga masalah yang ada menjadi hangat dan menimbulkan perselisihan yang sangat urgen antara ormas satu dengan ormas yang lainnya. Tidak jarang pula beberapa kelompok memanfaatkan tokoh-tokoh agama sebagai front line dari permasalahan yang mereka olah demi meloloskan tujuan mereka, memecah belah kerukunan umat beragama, memecah belah hubungan sosial vertikal dan horizontal. Orang-orang yang kurang memahami kondisi kehidupan dizaman ini bisa saja mereka akan dengan mudah menerima dan membenarkan informasi-informasi yang beredar tanpa adanya filter yang mendasari pemahaman mereka. Minimnya keilmuan, pengetahuan dan tidak seimbangnya pemahaman anatara teoritis dan praktis sosial juga dapat menimbulkan kerancuan berpikir seseorang, dan memudahkan seseorang untuk menjustifikasi orang lain secara informatif dengan mengesampingkan objektivitas.
Manusia tercipta sebagai seorang hamba yang sejatinya menghambakan dirinya kepada Tuhan sang pencipta semata. Dengan kapasitas manusia sebagai seorang hamba, maka tidak ada satupun manusia yang dapat menjalani kehidupan ini dengan konsistensi diri tanpa adanya petunjuk yang dapat mengarahkan mereka menjalani kehidupan ini, oleh karena itu, Tuhan sebagai sang pencipta memberikan atau membekali kehidupan manusia dengan agama. Dengan berbekal agama inilah manusia dengan mudah menjalani kehidupan, dari agama inilah manusia dengan mudah mencari alasan, dimana jalan yang baik bagi diri mereka dan dimana jalan yang tidak seharusnya mereka lalui.
Apakah itu agama, pentingkah agama bagi kehidupan manusia…?
Seseorang yang hidup didunia wajib memahami konsep agama, karena agama tidak bisa dilepas dari kehidupan manusia. Agama merupakan jalan hidup bagi ummat manusia yang hidup dimuka bumi ini, untuk menggapai kehidupan yang abadi di akhirat nanti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansakerta àgama yang berarti “tradisi”. Selain itu kata agama juga berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Artinya, dengan sebab beragama, manusia menergantungkan diri mereka kepada Tuhan semesta alam laailaahaillallah (tiada tuhan selain allah), hanya kepada Allah mereka meminta dan hanya kepada Allah mereka memohon pertolongan dari segala permasalahan yang mereka hadapi.
Pengertian agama menurut para ahli :
  1. H. Moenawar Cholil : kata dien itu masdar dari kata kerja “دان - يدين”. Menurut lughat kata “دين mempunyai arti :
1.      Cara atau adat kebiasaan
2.      Peraturan
3.      Nasihat
4.      Agama dan lain-lain
  1. Émile Durkhem : Agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
  2. Sigmund Freud : Agama adalah gangguan obsesi mental manusia secara universal, sama seperti gangguan mental yang terjadi pada diri anak-anak. Agama muncul karena Oedipus Kompleks, karena masalah yang terjadi dengan ayah mereka.
  3. Karl Marx : Agama adalah lambing ketertindasan, agama adalah hati dari sebuah dunia yang tidak punya nurani, agama adalah roh dari keadaan tidak punya jiwa sama sekali, agama adalah candu masyarakat.
  4. Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.
  5. Anthony F.C. Wallace : Agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan semesta.
  6. Parsons & Bellah : Agama adalah tingkat yang paling tinggi dan paling umum dari budaya manusia.
  7. Luckmann : Agama adalah kemampuan organisme manusia untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang objektig, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.
  8. Prof Dr.M. Drikarya : Agama adalah kenyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam dan isinya.
  9. H. Moenawar Chalil : Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atas pengakuannya.
  10. Hendro Puspito : Agama adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan.
  11. Jappy Pellokild : Agama adalah percaya adanya tuhan yang maha esa dan hukum-hukumnya.
  12. Harun Nasution : Agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
  13. Tajdab, dkk (1994:37) : Agama berasal dari kata “a” berati tidak dan “gama” berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir, dan/atau teratur.
  14. A.M. Saefuddin (1987) : Agama merupakan kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal.
  15. Sutan Takdir Alisyahbana (1992) : Agama adalah suatu system kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya.
  16. Sidi Gazalba (1975) : religi (agama) adalah kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakekat dari semuanya itu. 
  17. Bozman : agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. 
Dari beberapa definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa secara etimologi, Agama berarti jalan atau cara. Sedangkan secara termenologi, agama merupakan sistem atau teori yang baku dan dapat membawa seseorang mempunyai keyakinan akan adanya tuhan sebagai pemberi, pengatur dan pencipta kehidupan. Berbeda dengan Sigmund Freud yang menganggap bahwa Agama adalah gangguan obsesi mental manusia secara universal, sama seperti gangguan mental yang terjadi pada diri anak-anak. Agama muncul karena Oedipus Kompleks, karena masalah yang terjadi dengan ayah mereka. Freud menganggap bahwa agama merupakan sesuatu yang negative dan tidak seharusnya ada pada manusia. Begitu pula dengan Karl Mark, yang menganggap bahwa, Agama adalah lambang ketertindasan, agama adalah hati dari sebuah dunia yang tidak punya nurani, agama adalah roh dari keadaan tidak punya jiwa sama sekali, agama adalah candu masyarakat. Pernyataan ini mungkin tidak dapat kita terima sebagai seseorang yang beragama, namun bagi Freud pernyataan itu adalah sesuatu yang wajar, karena freud adalah seseorang yang tidak percaya dengan adanya agama (atheis), begitu pula bagi Mark yang menganut faham komunis.
Agama warisan dan agama petualang
Di Indonesia agama yang diakui dan mempunyai legalitas dari Negara ada enam agama yaitu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, budha dan Konghucu. Agama menjadi tuntunan kehidupan seseorang untuk menapaki kehidupan, dengan keyakinan itulah para penganut agama melakukan ritual-ritual keagamaan sesuai dengan keyakinannya. Disaat keyakinan dalam diri seseorang tidak dapat dipertahankan karena adanya kejolak dalam jiwa mereka, maka mereka tidak dapat mempertahankan keyakinan itu hingga mereka harus pindah kepercayaan kepada agama yang membuat hati mereka tenang dengan agama yang mereka yakini. Dalam agama islam ada lima ritual keagamaan yang wajib dilaksanakan bagi pemeluk agama islam yang dikenal dengan rukun islam, yaitu syahadatain (persaksian kepada Allah dan Rasulullah), sholat lima waktu (dzuhur, ashar, maghrib, isya` dan subuh), membayar zakat, puasa romadlan dan melaksanakan ibadah haji. Setelah yakin bahwa islam adalah agama yang paling benar, tentunya mereka akan melakukan ritual-ritual keagamaan sebagai bentuk ketaatan kepada agama. E.B. Tylor salah seorang ilmuan yang hidup pada tahun 1832 dan menghabiskan hidupnya untuk berpetualang dan belajar dengan independen diluar universitas hingga membawanya pada teori animism, menyatakan bahwa keyakinan dan ide tentang dunia adalah elemen paling penting dalam kehidupan beragama, dan menurutnya, ritual merupakan akibat yang muncul setelah adanya keyakinan pada diri seseorang. Artinya dengan adanya keyakinan dalam hati seseorang, maka mereka akan melaksanakan ritual keagamaan sebagai bentuk apresiasi ketaatan. Berbeda dengan Emile Durkham yang menganggap bahwa keyakinan itu ada setelah ritual-ritual, ritual lebih fundamental dari pada keyakinan dan ritual melahirkan keyakinan. Durkham juga menganggap bahwa ritual adalah sesuatu yang abadi yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pernyataan dari kedua tokoh yang tidak asing namanya dalam dunia keilmuan ini, tentunya membuat kita berusaha untuk berpikir kembali, utamanya pernyataan yang dikemukakan oleh Durkham, bahwa keyakinan seseorang itu merupakan akibat dari adanya ritual. Bukankah karena keyakinan dalam diri kita atas agama yang kita percayai, kemudian kita melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kita tidak dapat menyalahkan Durkham dan tidak pula membenarkan sepenuhnya. Dalam studi agama, manusia itu mendapatkan agama dengan dua cara.  Pertama  dengan warisan (agama warisan) dari nenek moyang mereka. Jika nenek moyang mereka beragama islam, ayah cendrung beragama islam yang kemudian diikuti oleh anak cucu mereka, jika nenek moyang mereka beragama Kristen, maka ayah cndrung beragama Kristen yang kemudian diikuti oleh anak cucu mereka. Disaat agama yang mereka percayai merupakan agama warisan, tentunya keyakinan dalam diri seseorang akan kebenaran agama yang mereka anut akan timbul beberapa tahun setelah mereka melakukan ritual-ritual agama, ritual-ritual keagamaan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, sehingga dari sinilah menurut saya pernyataan Durkham dapat kita akui bahwa pada diri seseorangn dengan agama warisan, ritual merupakan fundamental yang kemudian menumbuhkan keyakinan dalam diri seseorang dalam beragama. Kedua, seseorang mendapatkan agama dengan cara petualangan dan perenungan yang dilakukan oleh seseorang hingga sampai pada titik keyakinan akan kebenaran suatu agama, ketika seseorang merasa tidak yakin dengan agama yang mereka percayai, maka kemudian, dengan petualangan dan perenungan yang mereka jalani, mereka akan berusaha mencari agama lain dan memilih menjadi seorang muallaf. Pada konsep yang kedua ini kita tidak bisa membenarkan penyataan Durkham karena bertentangan dengan realitas, sedangkan pernyataan Tylor sangatlah realistis.
Bermula dari adanya pemahaman-pemahaman yang sempit tentang agama, maka muncul perbedaan-perbedaan pendapat tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan ritual, dan tidak jarang agama dijadikan striker problem bagi kelompok tertentu demi tercapainya kepentingan peribadi atau kelompok. Agama juga dijadikan sebagai alat untuk memecah belah suatu Negara dengan Negara lain, ormas dengan ormas, bahkan individu dengan individu. Karena agama merupakan suatu keyakinan yang telah mengkristal dalam hati seseorang dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, sehingga ketika agama diganggu, maka mereka tidak akan tinggal diam, tidak tebang pilih apakah mereka yang mengganggu saudara atau musuh, tetap menjadi lawan. Bagi orang-orang yang memahami agama dengan sebenarnya, mereka akan menjadikan agama sebagai jalan untuk menata kehidupan, menjadikan agama sebagai problem solving of life, mereka akan menyikapi permasalahan ini dengan kepala dingin, berbeda dengan orang-orang yang hanya memahami agama secara lahiriyah saja, mereka cendrung kasar dalam menyikapi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan agama, bahkan permasalahan selain agama. Orang yang memahami agama secara sungguh-sungguh, mereka akan sadar bahwa agama itu rahmatan lilalamin, dengan agama kita damai, dengan agama kita tentram, dengan agama kita sadar bahwa dalam diri kita ada ketidak sempurnaan  yang kemudian membutuhkan pertolongan dari dzat yang maha sempurna yaitu Tuhan.
Jadi jelas sekali bahwa agama merupakan keniscayaan dari Tuhan kepada hambanya sebagai pedoman hidup dalam menjalani kehidupan sebagai kholifah dimuka bumi ini. Pada setiap agama memiliki pedoman atau kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran dan tuntunan kehidupan, yang mengatur manusia sesuai dengan kepercayaan mereka. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan perilaku-perilaku tercela, perilaku tidak baik, semua agama mengajarkan bagaimana manusia berperilaku baik, bijaksana, tidak meresahkan orang lain atau mahluk lain. Dengan beragama, jiwa manusia menjadi tenang, agama memberikan kedamaian, agama meberikan perlindungan bagi setiap orang yang lemah, agama memberikan ketenangan bagi setiap pemeluknya.

Tidak ada komentar: