Agama dan sosial
Kehidupan ini merupakan
suatu keniscayaan bagi manusia yang harus disyukuri dan dinikmati, karena
kehidupan ini hanyalah bersifat sementara dan tidak akan selamanya kehidupan
ini menyertai kita. Kita hidup di muka bumi ini sebatas perkenalan saja, bak
wisatawan yang hanya berkunjung dan melihat meninkmati keindahan dan kesejukan
keadaan, setelah kita sampai pada masa pulang, sekalipun kita belum merasa puas,
belum sepenuhnya kita lalui semua, maka sudah pasti waktu tidak dapat kita
putar, jalan menuju pulang sudah membentang di depan mata. Rasa ketidak puasan
manusia terus mengalir dalam pikiran mereka, keinginan untuk kembali dari awal
perjalanan sangat didambakan hingga mereka dapat menggunakan waktu dengan baik
tanpa lalai. Tanpa agama yang baik manusia tidak dapat menjalani kehidupan ini
dengan baik, dan dengan agama yang baik, maka manusia dapat menjalani kehidupan
ini dengan lebih waspada dan hati-hati demi mencapai kesempurnaan hidup yang
hakiki.
Akhir-akhir ini kita
dihadapkan dengan masalah-maslah kepemerintahan, masalah-masalah politik,
masalah-masalah sosial yang kemudian dikaitkan dengan agama. Agama dijadikan
kambing hitam suatu permasalahan sehingga masalah yang ada menjadi hangat dan
menimbulkan perselisihan yang sangat urgen antara ormas satu dengan ormas yang
lainnya. Tidak jarang pula beberapa kelompok memanfaatkan tokoh-tokoh agama
sebagai front line dari permasalahan yang mereka olah demi meloloskan
tujuan mereka, memecah belah kerukunan umat beragama, memecah belah hubungan sosial
vertikal dan horizontal. Orang-orang yang kurang memahami kondisi kehidupan
dizaman ini bisa saja mereka akan dengan mudah menerima dan membenarkan
informasi-informasi yang beredar tanpa adanya filter yang mendasari pemahaman
mereka. Minimnya keilmuan, pengetahuan dan tidak seimbangnya pemahaman anatara
teoritis dan praktis sosial juga dapat menimbulkan kerancuan berpikir
seseorang, dan memudahkan seseorang untuk menjustifikasi orang lain secara
informatif dengan mengesampingkan objektivitas.
Manusia tercipta
sebagai seorang hamba yang sejatinya menghambakan dirinya kepada Tuhan sang
pencipta semata. Dengan kapasitas manusia sebagai seorang hamba, maka tidak ada
satupun manusia yang dapat menjalani kehidupan ini dengan konsistensi diri
tanpa adanya petunjuk yang dapat mengarahkan mereka menjalani kehidupan ini,
oleh karena itu, Tuhan sebagai sang pencipta memberikan atau membekali
kehidupan manusia dengan agama. Dengan berbekal agama inilah manusia dengan
mudah menjalani kehidupan, dari agama inilah manusia dengan mudah mencari
alasan, dimana jalan yang baik bagi diri mereka dan dimana jalan yang tidak
seharusnya mereka lalui.
Apakah itu agama,
pentingkah agama bagi kehidupan manusia…?
Seseorang yang hidup
didunia wajib memahami konsep agama, karena agama tidak bisa dilepas dari
kehidupan manusia. Agama merupakan jalan hidup bagi ummat manusia yang hidup
dimuka bumi ini, untuk menggapai kehidupan yang abadi di akhirat nanti. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansakerta àgama yang
berarti “tradisi”. Selain itu kata agama juga berasal dari bahasa latin religio
yang berasal dari kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
Artinya, dengan sebab beragama, manusia menergantungkan diri mereka kepada
Tuhan semesta alam laailaahaillallah (tiada tuhan selain allah), hanya
kepada Allah mereka meminta dan hanya kepada Allah mereka memohon pertolongan
dari segala permasalahan yang mereka hadapi.
Pengertian agama
menurut para ahli :
- H. Moenawar Cholil : kata dien itu masdar dari kata kerja “دان - يدين”. Menurut lughat kata “دين mempunyai arti :
1.
Cara atau adat kebiasaan
2.
Peraturan
3.
Nasihat
4.
Agama dan lain-lain
- Émile Durkhem : Agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
- Sigmund Freud : Agama adalah gangguan obsesi mental manusia secara universal, sama seperti gangguan mental yang terjadi pada diri anak-anak. Agama muncul karena Oedipus Kompleks, karena masalah yang terjadi dengan ayah mereka.
- Karl Marx : Agama adalah lambing ketertindasan, agama adalah hati dari sebuah dunia yang tidak punya nurani, agama adalah roh dari keadaan tidak punya jiwa sama sekali, agama adalah candu masyarakat.
- Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.
- Anthony F.C. Wallace : Agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan semesta.
- Parsons & Bellah : Agama adalah tingkat yang paling tinggi dan paling umum dari budaya manusia.
- Luckmann : Agama adalah kemampuan organisme manusia untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang objektig, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.
- Prof Dr.M. Drikarya : Agama adalah kenyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam dan isinya.
- H. Moenawar Chalil : Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atas pengakuannya.
- Hendro Puspito : Agama adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan.
- Jappy Pellokild : Agama adalah percaya adanya tuhan yang maha esa dan hukum-hukumnya.
- Harun Nasution : Agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
- Tajdab, dkk (1994:37) : Agama berasal dari kata “a” berati tidak dan “gama” berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir, dan/atau teratur.
- A.M. Saefuddin (1987) : Agama merupakan kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal.
- Sutan Takdir Alisyahbana (1992) : Agama adalah suatu system kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya.
- Sidi Gazalba (1975) : religi (agama) adalah kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakekat dari semuanya itu.
- Bozman : agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
Dari beberapa definisi
tentang agama yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
secara etimologi, Agama berarti jalan atau cara. Sedangkan secara termenologi,
agama merupakan sistem atau teori yang baku dan dapat membawa seseorang mempunyai
keyakinan akan adanya tuhan sebagai pemberi, pengatur dan pencipta kehidupan.
Berbeda dengan Sigmund Freud yang menganggap bahwa Agama adalah gangguan obsesi
mental manusia secara universal, sama seperti gangguan mental yang terjadi pada
diri anak-anak. Agama muncul karena Oedipus Kompleks, karena masalah yang
terjadi dengan ayah mereka. Freud menganggap bahwa agama merupakan sesuatu yang
negative dan tidak seharusnya ada pada manusia. Begitu pula dengan Karl Mark,
yang menganggap bahwa, Agama adalah lambang ketertindasan, agama adalah hati
dari sebuah dunia yang tidak punya nurani, agama adalah roh dari keadaan tidak
punya jiwa sama sekali, agama adalah candu masyarakat. Pernyataan ini mungkin
tidak dapat kita terima sebagai seseorang yang beragama, namun bagi Freud
pernyataan itu adalah sesuatu yang wajar, karena freud adalah seseorang yang
tidak percaya dengan adanya agama (atheis), begitu pula bagi Mark yang menganut
faham komunis.
Agama warisan dan agama
petualang
Di Indonesia agama yang
diakui dan mempunyai legalitas dari Negara ada enam agama yaitu, Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, budha dan Konghucu. Agama menjadi tuntunan kehidupan
seseorang untuk menapaki kehidupan, dengan keyakinan itulah para penganut agama
melakukan ritual-ritual keagamaan sesuai dengan keyakinannya. Disaat keyakinan
dalam diri seseorang tidak dapat dipertahankan karena adanya kejolak dalam jiwa
mereka, maka mereka tidak dapat mempertahankan keyakinan itu hingga mereka
harus pindah kepercayaan kepada agama yang membuat hati mereka tenang dengan
agama yang mereka yakini. Dalam agama islam ada lima ritual keagamaan yang
wajib dilaksanakan bagi pemeluk agama islam yang dikenal dengan rukun islam,
yaitu syahadatain (persaksian kepada Allah dan Rasulullah), sholat lima waktu
(dzuhur, ashar, maghrib, isya` dan subuh), membayar zakat, puasa romadlan dan
melaksanakan ibadah haji. Setelah yakin bahwa islam adalah agama yang paling
benar, tentunya mereka akan melakukan ritual-ritual keagamaan sebagai bentuk
ketaatan kepada agama. E.B. Tylor salah seorang ilmuan yang hidup pada tahun
1832 dan menghabiskan hidupnya untuk berpetualang dan belajar dengan independen
diluar universitas hingga membawanya pada teori animism, menyatakan bahwa
keyakinan dan ide tentang dunia adalah elemen paling penting dalam kehidupan
beragama, dan menurutnya, ritual merupakan akibat yang muncul setelah adanya
keyakinan pada diri seseorang. Artinya dengan adanya keyakinan dalam hati seseorang,
maka mereka akan melaksanakan ritual keagamaan sebagai bentuk apresiasi
ketaatan. Berbeda dengan Emile Durkham yang menganggap bahwa keyakinan itu ada
setelah ritual-ritual, ritual lebih fundamental dari pada keyakinan dan ritual
melahirkan keyakinan. Durkham juga menganggap bahwa ritual adalah sesuatu yang
abadi yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pernyataan dari kedua
tokoh yang tidak asing namanya dalam dunia keilmuan ini, tentunya membuat kita
berusaha untuk berpikir kembali, utamanya pernyataan yang dikemukakan oleh
Durkham, bahwa keyakinan seseorang itu merupakan akibat dari adanya ritual.
Bukankah karena keyakinan dalam diri kita atas agama yang kita percayai,
kemudian kita melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kita tidak dapat menyalahkan
Durkham dan tidak pula membenarkan sepenuhnya. Dalam studi agama, manusia itu
mendapatkan agama dengan dua cara. Pertama dengan warisan (agama warisan) dari nenek
moyang mereka. Jika nenek moyang mereka beragama islam, ayah cendrung beragama
islam yang kemudian diikuti oleh anak cucu mereka, jika nenek moyang mereka beragama
Kristen, maka ayah cndrung beragama Kristen yang kemudian diikuti oleh anak
cucu mereka. Disaat agama yang mereka percayai merupakan agama warisan,
tentunya keyakinan dalam diri seseorang akan kebenaran agama yang mereka anut
akan timbul beberapa tahun setelah mereka melakukan ritual-ritual agama,
ritual-ritual keagamaan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, sehingga dari
sinilah menurut saya pernyataan Durkham dapat kita akui bahwa pada diri
seseorangn dengan agama warisan, ritual merupakan fundamental yang kemudian
menumbuhkan keyakinan dalam diri seseorang dalam beragama. Kedua, seseorang
mendapatkan agama dengan cara petualangan dan perenungan yang dilakukan oleh
seseorang hingga sampai pada titik keyakinan akan kebenaran suatu agama, ketika
seseorang merasa tidak yakin dengan agama yang mereka percayai, maka kemudian,
dengan petualangan dan perenungan yang mereka jalani, mereka akan berusaha
mencari agama lain dan memilih menjadi seorang muallaf. Pada konsep yang kedua
ini kita tidak bisa membenarkan penyataan Durkham karena bertentangan dengan
realitas, sedangkan pernyataan Tylor sangatlah realistis.
Bermula dari adanya
pemahaman-pemahaman yang sempit tentang agama, maka muncul perbedaan-perbedaan
pendapat tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan ritual, dan tidak
jarang agama dijadikan striker problem bagi kelompok tertentu demi
tercapainya kepentingan peribadi atau kelompok. Agama juga dijadikan sebagai
alat untuk memecah belah suatu Negara dengan Negara lain, ormas dengan ormas,
bahkan individu dengan individu. Karena agama merupakan suatu keyakinan yang
telah mengkristal dalam hati seseorang dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan masyarakat, sehingga ketika agama diganggu, maka mereka tidak akan
tinggal diam, tidak tebang pilih apakah mereka yang mengganggu saudara atau
musuh, tetap menjadi lawan. Bagi orang-orang yang memahami agama dengan
sebenarnya, mereka akan menjadikan agama sebagai jalan untuk menata kehidupan,
menjadikan agama sebagai problem solving of life, mereka akan menyikapi
permasalahan ini dengan kepala dingin, berbeda dengan orang-orang yang hanya
memahami agama secara lahiriyah saja, mereka cendrung kasar dalam menyikapi
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan agama, bahkan permasalahan
selain agama. Orang yang memahami agama secara sungguh-sungguh, mereka akan
sadar bahwa agama itu rahmatan lilalamin, dengan agama kita damai, dengan
agama kita tentram, dengan agama kita sadar bahwa dalam diri kita ada ketidak
sempurnaan yang kemudian membutuhkan
pertolongan dari dzat yang maha sempurna yaitu Tuhan.
Jadi jelas sekali bahwa
agama merupakan keniscayaan dari Tuhan kepada hambanya sebagai pedoman hidup
dalam menjalani kehidupan sebagai kholifah dimuka bumi ini. Pada setiap agama
memiliki pedoman atau kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran dan tuntunan
kehidupan, yang mengatur manusia sesuai dengan kepercayaan mereka. Tidak ada
satupun agama yang mengajarkan perilaku-perilaku tercela, perilaku tidak baik,
semua agama mengajarkan bagaimana manusia berperilaku baik, bijaksana, tidak
meresahkan orang lain atau mahluk lain. Dengan beragama, jiwa manusia menjadi
tenang, agama memberikan kedamaian, agama meberikan perlindungan bagi setiap
orang yang lemah, agama memberikan ketenangan bagi setiap pemeluknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar